Tag Archives: API

Pucen Meluncurkan Rumah Kajian Ervi Pujiono

YOGYAKARTA, PUCEN – Pusat Kajian Pujiono (Pujiono Centre, disingkat PUCEN) telah meluncurkan Rumah Kajian Ervi Pujiono (E-Pujiono Learning House) pada Sabtu (6/5) sore di Joglo Ervi Pujiono, Sleman, Yogyakarta. Rumah Kajian Ervi Pujiono ini merupakan sarana pembelajaran dalam pelaksanaan “Manajemen Pengetahuan tentang Ketangguhan Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim”. Kegiatan peluncuran itu dihadiri oleh lebih dari 30 orang yang berasal dari para pegiat penanggulangan bencana (PB), komunitas pemerhati sungai, pegiat tata ruang berprespektif pengurangan risiko bencana (PRB), Pusat Studi Mitigasi Bencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan masyarakat Dusun Karanglo.

Peluncuran Rumah Kajian Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Peluncuran Rumah Kajian Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Puji Pujiono, penggagas munculnya Rumah Kajian Ervi Pujiono ini mengatakan,”Rumah Kajian Ervi Pujiono (E-Pujiono Learning House) dibentuk dengan inspirasi dari Ervi Pujiono, istriku yang meninggal dunia pada 26 April 2017 karena penyakit kanker pada umur 49 tahun. Ini sebagai pengeling-eling dan melestarikan semangat melawan penyakit dan kedermawanan sosialnya. Orientasi Rumah Kajian Ervi Pujiono ini berkisar pada penanggulangan bencana, pengurangan risiko, dan adaptasi perubahan iklim. Rumah Kajian Ervi Pujiono ini dimaknai sebagai rumah belajar dan mewadahi Pujiono Centre sebagai tempat untuk belajar.”

Paparan mengenai Rumah Kajian Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Paparan mengenai Rumah Kajian Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

“Berdasarkan pengalaman bekerja di bidang penanggulangan bencana, khusus untuk Indonesia, saya menyadari bahwa kesadaran publik terhadap bencana (public literacy) atau kemelekan publik terhadap isu bencana itu hanya terbuka pada saat terjadi kejadian bencana. Maka salah satu upaya adalah bagaimana membawa perdebatan, pembelajaran dan sebagainya ini sebagai sarana untuk meningkatkan public literacy. Ada yang mencontohkan mengenai sudah tahu tempatnya rawan gempa, sudah pernah mendengar advokasi tentang PRB tapi rumahnya dibangun dengan tidak tahan gempa dan cara hidupnya masih belum sesuai dengan pengurangan risiko. Apa yang terjadi? Ada kesenjangan antara logika, pendengaran, dan perilaku. Dan salah satu cara untuk menjembataninya adalah dengan meningkatkan pengetahuan publik,” Puji Pujiono menegaskan kepada para peserta acara ini.

Huruf “E” dalam “E-Pujiono Learning House” mengandung dua makna, yaitu singkatan dari “Ervi Pujiono” dan “Elektronik”. Ervi Pujiono telah menjadi ilham bagi berdirinya Rumah Kajian Ervi Pujiono. Ervi Pujiono adalah seorang perempuan yang memiliki minat luas, dimana ketegaran dan tekadnya di bidang manajemen, kedermawanan, kebugaran, dan kemanusiaan menjadi inspirasi untuk memajukan ketangguhan masyarakat.

Peserta acara peluncuran di Joglo Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Peserta acara peluncuran di Joglo Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Sementara itu makna huruf ‘E’ bermakna ‘Elektronik’ yaitu gagasan untuk mendorong pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran melalui platform elektronik untuk penelitian dan penerbitan.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mewujudkan hal ini antara lain (1) Beakarya E-Pujiono (E-Pujiono Fellowship) 2017 – 2018, (2) Seri buku ketangguhan bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia, dan (3) Serangkaian seminar dengan tema ketangguhan bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Pada awal berdirinya Rumah Kajian Ervi Pujiono hingga tahun pertama dapat berjalan karena mendapatkan dukungan pendanaan dari “Dana Perwalian Ervi Pujiono” (Ervi Pujiono Trust Fund). Dana perwalian ini berasal dari pemanfaatan berkelanjutan dari penghimpunan dana interasional melalui crowdsourcing yang tadinya dinaksudkan untuk membiayai kepulangan Ervi Pujiono dari rumah sakit di Bangkok, Thailand ke Indonesia. Untuk selanjutnya dana perwalian ini juga menyambut baik kesempatan kemitraan dengan lembaga-lembaga filantropis dan riset, baik nasional maupun internasional.

Rumah Kajian Ervi Pujiono memiliki dewan penasehat, dewan editor seri buku, dan editor teknis seri buku. Dewan Penasehat Rumah Kajian Ervi Pujiono antara lain: (1) Rahmawati Hussein, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC); (2) Alan Feinstein, Yayasan Pertukaran Persahabatan Amerika-Indonesia; (3) Sugeng Triutomo, Pengurangan Risiko Bencana Indonesia; (4) Rosalia Sciortino Sumaryono, the SEA Junction; (5) Maria Hartiningsih, Jurnalis pembela hak asasi manusia; dan (6) Puji Pujiono, Pekerja sosial kemanusiaan.

Peserta acara peluncuran di Joglo Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Peserta acara peluncuran di Joglo Ervi Pujiono (Foto: Djuni Pristiyanto)

Sementara itu Dewan Editor Seri Buku antara lain: (1) Dr. Jonatan A. Lassa (Universitas Charles Darwin, Australia); (2) Dr. Riyanti Djalante (Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jerman); (3) Dr. Saut Sagala (Institut Teknologi Bandung – ITB; RDI Indonesia); dan (4) Avianto Amri (Kandidat PhD., Universitas Macquarie, Australia). Sedangkan Editor Teknis Seri Buku adalah Dr. Mizan Bustanul Fuad Bisri, Universitas Kobe, Jepang.

Rencana publikasi Rumah Kajian Ervi Pujiono dalam Seri Ketangguhan Bencana dan Adaptasi Iklim antara lain sebagai berikut: (1) Implementasi kelembagaan pengurangan risiko bencana (PRB) di tingkat lokal; (2) Penerapan penilaian pascabencana di tingkat lokal; (3) Perencanaan PRB di tingkat lokal; (4) Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) dan konsep desa tangguh; (5) Semangat di balik UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; (6) Jurnalisme dan manajemen risiko bencana; dan (7) Kolaborasi daring Ensiklopedia Gunung Berapi Indonesia, Ensiklopedia Bencana, dll.

Dalam tahun pertama ini Rumah Kajian Ervi Pujiono juga akan memberikan beakarya (fellowship) kepada pembelajar dan praktisi untuk memajukan pemahaman publik terhadap ketangguhan terhadap bencana dan adaptasi perubahan iklim. Beakarya Rumah Kajian Ervi Pujiono Tahun 2017-2018 diberikan kepada Djuni Pristiyanto, seorang pegiat penanggulangan bencana dan lingkungan sekaligus penulis dan editor. Selama dekade terakhir, Djuni mendirikan dan mengelola Milis Bencana maupun lingkungan yang beranggotakan 5.000 orang lebih. Melalui 11.500 email mereka membahas isu-isu aktual tentang ketangguhan. Djuni yang pembelajar otodidak menghimpun informasi yang terakumulasi; dan Beakarya Ervi Pujiono memberinya kesempatan untuk secara sistematis menyusun materi-materi ini menjadi penerbitan untuk memajukan pemahaman publik tentang bencana.

Grup Keroncong Sumber Laras dari Desa Sumber di Lereng Gunung Merapi ((Foto: Djuni Pristiyanto)

Grup Keroncong Sumber Laras dari Desa Sumber di Lereng Gunung Merapi ((Foto: Djuni Pristiyanto)

Acara peluncuran Rumah Kajian Ervi Pujiono tersebut yang dilakukan pada pukul 14.00-17.00 WIB, Sabtu, 6 Mei 2017 di Joglo Ervi Pujiono, di Jalan Pendowoharjo, Dusun Karanglo, Desa Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Selanjutnya pada malam harinya pada pukul 18.30-20.30 WIB disajikan musik keroncong dari Grup Keroncong Sumber Laras dari Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah untuk menghibur para peserta diskusi peluncuran rumah kajian dan warga sekitar di Dusun Karanglo ini. Pada saat pagelaran musik keroncong ini juga disajikan angkringan nasi kucing (sego kucing) dan angkringan ronde, sebuah angkringan khas dengan makanan, jajanan dan minuman yang sangat khas. Sajian musik keroncong dan angkringan sego kucing adalah sangat pas bagi suasana malam hari yang teduh, nyaman, dan hening di sebuah dusun di pinggiran kota Yogyakarta. (dp)

Angkriangan Sego Kucing Mas Kuat Riyanto. Hidangan sego kucing dll sudah hampir habis diserbu oleh warga Dusun Karanglo yang menonton musik keroncong di Joglo Ervi Pujiono. (Foto: Djuni Pristiyanto)

Angkriangan Sego Kucing Mas Kuat Riyanto. Hidangan sego kucing dll sudah hampir habis diserbu oleh warga Dusun Karanglo yang menonton musik keroncong di Joglo Ervi Pujiono. (Foto: Djuni Pristiyanto)

Grup Musik Keroncong Sumber Laras. Alat-alat musik keroncong ini adalah buatan sendiri. (Foto: Djuni Pristiyanto)

Grup Musik Keroncong Sumber Laras. Alat-alat musik keroncong ini adalah buatan sendiri. (Foto: Djuni Pristiyanto)

 

Warga Dusun Karanglo asyik menonton pagelaran musik keroncong. "Gandem marem". (Foto: Djuni Pristiyanto)

Warga Dusun Karanglo asyik menonton pagelaran musik keroncong. “Gandem marem”. (Foto: Djuni Pristiyanto)

Para pemain musik keronconng Sumber Laras berfoto bersama dengan kru Pujiono Centre. (Foto: Djuni Pristiyanto)

Para pemain musik keronconng Sumber Laras berfoto bersama dengan kru Pujiono Centre. (Foto: Djuni Pristiyanto)

PUCEN Meluncurkan Rumah Kajian Ervi Pujiono. Jumat, 12 Mei 2017, 11.12 WIB. Ditulis oleh Djuni Pristiyanto – pujionocentre.org

Rilis Pers: Peluncuran Rumah Kajian Ervi Pujiono

YOGYAKARTA, PUCEN | Pusat Kajian Pujiono (Pujiono Centre, disingkat PUCEN) akan meluncurkan Rumah Kajian Ervi Pujiono (E-Pujiono Learning House). Tujuan rumah kajian ini adalah sebagai sarana pembelajaran dalam pelaksanaan “Manajemen Pengetahuan tentang Ketangguhan Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim”. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mewujudkan hal ini antara lain (1) Beakarya E-Pujiono (E-Pujiono Fellowship) 2017-2018, (2) Seri buku ketangguhan bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia, dan (3) Serangkaian seminar dengan tema ketangguhan bencana dan adaptasi perubahan iklim.
Continue reading

Undangan Peluncuran Rumah Kajian Ervi Pujiono: Jogja, 6 Mei 2017, 14.00-17.00 WIB

Undangan Terbuka:
Peluncuran Rumah Kajian Ervi Pujiono (E-Pujiono Learning House)

Kepada
Yth. Rekan-rekan pegiat penanggulangan bencana, pegiat adaptasi perubahan iklim, pegiat lingkungan hidup, lembaga kebencanaan dan kemanusiaan, dan media massa

Pusat Kajian Pujiono (Pujiono Centre, disingkat Pucen) akan meluncurkan Rumah Kajian Ervi Pujiono (E-Pujiono Learning House). TujuanA� Rumah Kajian ini adalah sebagai sarana pembelajaran dalam pelaksanaan “Manajemen Pengetahuan tentang Ketangguhan Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim“. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mewujudkan hal ini antara lain (1) Beakarya E-Pujiono (E-Pujiono Fellowship) 2017 a�� 2018, (2) Seri buku ketangguhan bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia, dan (3) Serangkaian seminar dengan tema ketangguhan bencana dan adaptasi perubahan iklim.
Continue reading